Kean Tanam dan Rawat talas Raksasa Selama 5 Tahun, Belum Berniat Menjual Meski Sudah Ditawar Orang
"Di Indonesia sudah jarang, apalagi jenis talasan ukuran besar ini, pasti susah ditemuinya."
Editor: adityas annas azhari
SEORANG kolektor tanaman asal Lembang, Kean (40), memiliki talas ukuran raksasa dan beberapa jenis tanaman talas lainnya.
Tumbuhan umbi-umbian itu ditanam di kebunnya, Kampung Batureok, Desa Gudang Kahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Kean merawat talas raksasasa itu kurang lebih lima tahunnya lamanya. Tanaman yang bernama latin Colocasia gigantea itu memiliki tinggi 2.5 meter dan lebar daun kurang lebih 1.5 meter.

Kean mengaku pembudidayaan tanaman talas khususnya di Jawa Barat kini semakin jarang karena lahan hutan yang semakin menipis hal itu menjadi salah satu faktornya.
"Di Indonesia sudah jarang, apalagi jenis talasan ukuran besar ini, pasti susah ditemuinya. Di Jabar masih banyak, posisi adanya di alam, tidak di rumah rumah lagi. Khusus di Lembang cuma di sini sepertinya, " ujar Kean saat ditemui Tribun di kebunnya,Sabtu (23/1/2021).
Jenis umbi-umbian ini memiliki sebutan lain di setiap daerah, di antaranya Empeu (Aceh), Bete (Manado dan Ternate), Paco (Makassar) dan Kaladi (Ambon).
Berbeda dengan talas pada umumnya, talas beneng asal Pandeglang Banten ini memiliki ukuran yang lebih jumbo dari talas biasa, dengan tinggi tanaman yang dapat mencapai lebih dari 2 meter.
Menurut Kean, menanam umbi talas ini tidaklah rumit dan lebih menguntungkan, karena tanaman ini tidak terpengaruh curah hujan.
Namun untuk cara merawat tanaman talas yang dalam bahasa Inggris disebut giant elephant ear atau Indian taro atau Thai giant agar memiliki kualitas baik harus bisa ditanam di tempat yang tidak langsung terpapar oleh sinar matahari.

"Jadi untuk tanaman talas raksasa ini agar daunnya tetap hijau, jangan langsung terpapar matahari, kalau lebih bagus disimpan di tempat teduh, " ungkapnya.
Daun yang memiliki bentuk bulat hati ini, kata Kean pernah sempat ditawar oleh kolektor tanaman dihargai Rp 3.5 juta. “Tapi sama saya belum dikeluarkan (dijual), " ujarnya. (tribunjabar/syarif pulloh anwari)
Sumber: Tribun Jabar
Weni Widya Hapsari, Seorang Bidan yang Pengusaha batik, Salah Satu Pendiri Imah Batik Bandung |
![]() |
---|
Bermula dari Hobi, Kini Asep Yana Sukses Berbisnis Kelinci Jumbo, Omzetnya Rp 50 Juta Sebulan |
![]() |
---|
Dedi Al Fikri Membangun Masjid Mirip Kabah di Kampung Cikoneng Sebagai Rasa Rindu kepada Tanah Suci |
![]() |
---|
Perjuangan Panjang Petani Kopi di Pelosok Bandung Barat Hasilkan Kopi Nikmat Demi Mendulang Rupiah |
![]() |
---|
Usep Saefudin Petani asal Lembang ini Pernah Meraih Rp 1 Miliar dari Satu Kali Panen |
![]() |
---|
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!